PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK BESI SEBAGAI PENGUAT WARNA MERAH EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.)
Keywords:
Biji pinang, teknik mordanting, pewarnaan, intensitas warnaAbstract
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pemanfaaan limbah serbuk besi sebagai penguat warna merah ekstrak biji pinang (Areca catechu L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan FeCl3 dari limbah serbuk besi sebagai mordan dalam mengikat zat warna alam ekstrak etanol biji pinang. Pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pewarnaan terhadap kain katun menggunakan teknik pencelupan. Mordanting dilakukan dengan tiga cara yang dibedakan yaitu mordan pendahulu (pre mordanting), mordan simultan (meta-chrome) dan mordan akhir (post mordanting). Ketahanan warna diuji dengan mencuci dan menjemur kain yang telah diwarnai selama 5 jam (10.00-15.00 WITA). Pengaruh dari semua perlakuan tersebut dievaluasi dengan mengamati intensitas warna menggunakan metode pencitraan digital. Intensitas warna yang diamati yaitu Blue karena merupakan warna komplementer dari merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik post mordanting menghasilkan kain dengan intensitas warna paling tajam dan nilai intensitas warna paling rendah (68) yang mengindikasikan lebih banyak zat warna terikat pada kain. Uji ketahanan warna menunjukkan bahwa teknik post mordanting menghasilkan warna kain dengan daya tahan paling baik dibuktikan oleh nilai intensitas warna paling rendah (107) dan perubahan warna kain yang tidak signifikan meskipun % kelunturannya paling tinggi (36,448%).
Abstract
Research has been carried out on the utilization of iron powder waste as a red color enhancer for betel nut extract (Areca catechu L.). This study aims to determine the use of FeCl3 from iron powder waste as a mordant in binding natural dyestuffs of betel nut ethanol extract. In this study, the cotton fabric was first stained using a dyeing technique. Mordanting is carried out in three different ways, namely pre mordanting, simultaneous mordant (meta-chrome) and final mordant (post mordanting). Color resistance was tested by washing and drying the cloth that had been enjoyed for 5 hours (10.00-15.00 WITA). The effect of all these treatments was evaluated by observing the color intensity using digital imaging methods. The intensity of the color observed is Blue because it is a complementary color to red. The results showed that the post mordanting technique produced the fabric with the sharpest color intensity and the lowest color intensity value (68) which indicated that more dye was bound to the fabric. The color resistance test showed that the post mordanting technique produced the color of the fabric with the best durability, as evidenced by the lowest color intensity value (107) and insignificant changes in the color of the fabric even though the % fastness was the highest (36.448%).