Keragaman Serangga Hama pada Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans P.) yang Ditanam Secara Organik dan Anorganik di Desa Boentuka, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan
Keywords:
Agrius convolvuli, anorganik, Aphis gossypii, Atractomorpha crenulata, Bemisia tabaci, Cassida circum, Kangkung darat, organik, Spodoptera lituraAbstract
Kangkung darat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang paling banyak dibudidayakan di Desa Boentuka. Namun pengetahuan mengenai jenis-jenis serta gejala kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama pada tanaman kangkung darat masih kurang. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama, ciri morfologi, populasi, serta intensitas kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama pada tanaman kangkung darat yang ditanam secara organik dan anorganik di Desa Boentuka. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan pengamatan serangga hama secara langsung, jaring serangga, pitfall trap, dan yellow sticky trap. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada tanaman kangkung darat organik dan anorganik ditemukan 6 spesies serangga hama yaitu Atractomorpha crenulata, Spodoptera litura, Aphis gossypii, Agrius convolvuli, Bemisia tabaci, dan Cassida circumdata. Gejala kerusakan yang ditimbulkan pun berbeda dari setiap spesies. Populasi serangga hama terbanyak pada tanaman kangkung darat organik maupun anorganik adalah Aphis gossypii. Sedangkan populasi terendah pada tanaman kangkung darat organik adalah Agrius convolvuli dan pada tanaman kangkung darat anorganik adalah Agrius convolvuli dan Cassida circumdata. Serangga hama yang menimbulkan kerusakan dengan kategori sedang pada tanaman kangkung darat baik organik maupun anorganik adalah Atractomorpha crenulata. Sedangkan Spodoptera litura dan Aphis gossypii menimbulkan kerusakan dengan kategori ringan. Nilai indeks keanekaragaman serangga pada tanaman kangkung darat organik dan anorganik dikategorikan rendah. Pada tanaman kangkung darat organik 1,01 dan pada tanaman kangkung darat anorganik 0,84. Hal ini diduga terjadi karena vegetasi di sekitar lokasi penelitian juga banyak, sehingga ketersediaan makanan bagi serangga hama dapat tercukupi.