KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI EKOSISTEM YANG BERBEDA DAN DOSIS PUPUK SP-36 DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SERAPAN FOSFAT DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL TANAMAN JAGUNG PULUT (Zea mays ceratina L.) DI ALFISOL BAUMATA
Keywords:
Efisiensi Serapan; Fosfor (P); Bakteri Pelarut Fosfat (BPF); SP-36.Abstract
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara yang tergolong rendah di Pulau Timor. Hal tersebut disebabkan mineral tanah yang memfikasi P sehingga P tidak larut. Pemanfaatan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi serapan P akibat inokulasi BPF di Alfisol Baumata. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Lab Kimia Tanah dan Lab Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana pada bulan Juni 2023-Februari 2024. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 4 perlakuan BPF (Tanpa isolate BPF, isolate BPF asal ekosistem Pesisir, isolate BPF asal ekosistem Kebun dan isolate BPF asal ekosistem Mamar) dan 5 dosis pupuk SP-36 (0, 25, 50, 75 dan 100 % dosis anjuran SP-36/tanaman). Uji lanjutan menggunakan DMRT pada Taraf 5%. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa Efisiensi Serapan P pada isolate BPF asal pesisir lebih tinggi dari perlakuan lainnya pada setiap pemberian dosis SP-36. Jenis isolate asal Pesisir (BP) memberikan efisiensi serapan P, P-tersedia, tinggi tanaman dan panjang tongkol terbaik pada dosis 75% pupuk SP-36. Selanjutnya, jenis isolate BPF asal Kebun (BK) memberikan efisiensi serapan P, P-tersedia, tinggi tanaman dan panjang tongkol terbaik pada dosis 25% pupuk SP-36. Kemudian, jenis isolate BPF asal Mamar (BM) memberikan efisiensi serapan P, P-tersedia , tinggi tanaman dan panjang tongkol terbaik pada dosis 50%